Komentar keras dari Rosberg, kontroversi baju Hamilton di F1 Abu Dhabi dengan konsep awal warna Mercedes dan di akhiri dengan warna Ferrari.
Pilihan Hamilton tersebut tidak luput dari komentar kritis rekan sesama pembalap, Helmut Marko, di mana ia menganggap pakaian yang dikenakan oleh juara dunia tujuh kali itu “tidak pantas” untuk suasana dan konteks hari perpisahan yang bersejarah bagi Hamilton dan tim Mercedes. Dibawah ini SPORTS NEW SPORTAL akan membahas tentang kontroversi baju Hamilton di F1 Abu Dhabi.
Pilihan Busana yang Kontroversial
Lewis Hamilton tiba di Sirkuit Yas Marina dengan mengenakan pakaian semi-formal berwarna putih dengan sedikit campuran abu-abu. Warna tersebut mencerminkan identitas tim Mercedes yang menjadi rumahnya selama bertahun-tahun. Pada hari perlombaan mendekati akhir, Hamilton mengejutkan para penggemar dengan memperlihatkan pergeseran dramatis dalam gaya berpakaian.
Ia mengenakan kemeja putih, celana merah, dan jas merah panjang pada Sabtu, yang diikuti dengan penampilan yang sepenuhnya berwarna merah pada hari terakhir. Pilihan busana ini jelas merepresentasikan transisi dari Mercedes ke tim baru yang ia segera bela, Ferrari, di mana Hamilton akan berlaga untuk dua musim mendatang.
Namun, pilihan busana Hamilton tersebut menuai kritik tajam dari Rosberg. Dalam sebuah wawancara, Rosberg berpendapat bahwa keputusan Hamilton kurang bijaksana dan “buruk” dalam konteks perpisahan. “Mengapa dia tidak mengenakan warna perak pada hari terakhir dengan Mercedes? Itu lebih tepat,” ujarnya.
Dengan komentar tersebut, Rosberg menyoroti pentingnya menghormati warisan yang telah dibangun Hamilton selama di Mercedes, dan menunjukkan bahwa sikap elegan dalam berpakaian sangatlah penting dalam peristiwa seperti ini.
Peringatan dari Helmut Marko
Helmut Marko, konsultan senior Tim Red Bull, juga memberikan pandangannya mengenai busana Hamilton. Marko berpendapat bahwa pilihan busana Hamilton bukan sekadar pilihan gaya, melainkan juga bisa memiliki dampak yang lebih dalam.
“Kita tidak bisa mengabaikan fakta bahwa dia sedang bertransformasi dari Mercedes ke Ferrari. Ini bukan hanya tentang warna; ini tentang warisan yang dia tinggalkan dan bagaimana dia ingin diingat,” tegas Marko.
Bagi Marko, menjadi seorang pembalap dengan status legendaris seperti Hamilton membawa tanggung jawab besar, terutama dalam momen-momen penting seperti perpisahan dengan tim. “Sangat penting bagi Hamilton untuk menghadapi situasi ini dengan kehormatan.
Dia adalah wajah dari F1, dan apa yang dia lakukan memengaruhi banyak hal,” imbuh Marko. Peringatan ini menunjukkan bahwa setiap langkah yang diambil Hamilton, bahkan hal-hal kecil seperti pilihan berpakaian, bisa memengaruhi persepsi publik tentang karier dan legacy-nya di F1.
Baca Juga: Arsenal Harus “Seperti Palu” untuk Mengejar Liverpool, Kata Mikel Arteta
Reaksi Tim Mercedes
Di tengah kritik yang mengarah kepada Lewis Hamilton terkait pilihan busananya di Grand Prix Abu Dhabi, pimpinan tim Mercedes, Toto Wolff, tampil sebagai sosok yang memberikan dukungan penuh terhadap pembalap bintangnya.
Wolff menyadari bahwa perhatian publik terhadap pilihan busana Hamilton bukan hanya sekadar sorotan pada penampilannya. Tetapi juga cerminan dari perjalanan karier yang panjang dan bersejarah di tim Mercedes.
Ketika ditanya mengenai pilihan busana Hamilton yang menuai kritik tajam, Wolff tidak tampak terpengaruh dan merespons dengan senyuman, menekankan bahwa hal tersebut seharusnya tidak dipermasalahkan terlalu dalam.
Ia menyampaikan, “Kami sangat menghargai perjalanan Hamilton selama di Mercedes. Jika dia ingin bereksperimen dengan gaya, itu adalah haknya,” ungkap Wolff dengan nada yang tenang, menunjukkan bahwa tim menghormati keinginan Hamilton untuk mengekspresikan diri, termasuk dalam hal berpakaian.
Dalam suasana yang santai dan penuh humor, Wolff bahkan mengaitkan Hamilton dengan karakter ikonik “Lord Palpatine dari Star Wars”, yang dikenal karena nuansa yang kuat dan dramatis yang dibawanya.
Komentar tersebut tidak hanya mencairkan ketegangan, tetapi juga memperlihatkan bahwa meskipun ada berbagai kritik yang melanda. Tim Mercedes tetap berkomitmen untuk menghargai kepribadian unik Hamilton. Mereka memahami bahwa setiap pembalap memiliki cara tersendiri dalam mengekspresikan diri dan menampilkan karakter mereka. Baik di lintasan maupun di luar lintasan balap.
Dengan pendekatan yang positif dan mendukung, Wolff menunjukkan bahwa tim Mercedes tidak hanya fokus pada hasil balapan. Tetapi juga menghargai proses dan pengalaman yang dilalui oleh Hamilton selama bertahun-tahun. Wolff menekankan bahwa hal ini adalah bagian dari menjadi manusia dan atlet.
Penggambaran Transisi
Transisi Hamilton dari pakaian berwarna perak khas Mercedes menjadi merah penuh selama akhir pekan tersebut secara simbolis menggambarkan perpisahan yang penuh emosi.
Banyak penggemar percaya bahwa pilihan warna tersebut adalah cara Hamilton untuk menyampaikan “salam perpisahan” kepada Mercedes, tim yang telah membantunya meraih kesuksesan selama bertahun-tahun. Namun, bagi sebagian lainnya, ini adalah langkah yang dianggap merugikan dan kurang menghormati tradisi tim yang dibela Hamilton.
Hamilton, meskipun menyadari kritik yang dilontarkan kepadanya, tampaknya tidak terganggu. Ia telah beradaptasi dengan sorotan media dan tuntutan publik sepanjang kariernya. Melalui pilihan busananya, Hamilton berusaha untuk mengekspresikan diri. Menegaskan bahwa F1 juga tentang inovasi dan cara pembalap menampilkan gaya hidup mereka.
“F1 adalah mengenai kecepatan dan inovasi, juga tentang bagaimana kita mengekspresikan diri dalam cara kita berpenampilan,” kata Hamilton dalam salah satu wawancara, menunjukkan bahwa ia tetap percaya pada visinya sendiri.
Harapan ke Depan
Perkataan Rosberg dan Marko menggambarkan keprihatinan bahwa Hamilton mungkin perlu lebih berhati-hati dengan pilihan yang ia buat di masa mendatang. Banyak yang berharap dengan pengalaman ini, Hamilton bisa mengembangkan kebijaksanaan dalam memilih penampilan, terlebih ketika menghadapi momen-momen penting dalam kariernya.
Melihat ke depan, penting bagi Hamilton untuk tetap fokus pada kinerja balapnya di Ferrari. Sambil tetap menjaga hubungan baik dengan tim Mercedes yang telah memberikan banyak prestasi dalam kariernya. Dalam sebuah wawancara pasca-balapan, Hamilton menunjukkan optimisme terhadap tantangan yang akan datang.
“Balapan di Ferrari adalah kesempatan baru, dan saya ingin memberikan yang terbaik seperti yang saya lakukan dengan Mercedes,” jelasnya. Pernyataan ini menandakan bahwa meskipun ada perubahan, semangat untuk terus berprestasi tetap menjadi fokus utama dalam diri Hamilton.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, perhatian terhadap pilihan busana Hamilton di Grand Prix Abu Dhabi mencerminkan lebih dari sekadar mode. Ini adalah simbol perubahan, nostalgia, dan arti perpisahan. Kritik yang datang dari Rosberg dan Marko bukan hanya untuk memojokkan Hamilton. Tetapi juga sebagai pengingat akan tanggung jawab mengenai statusnya sebagai salah satu pembalap terbesar dalam sejarah F1.
Musim balap 2025 tentunya akan menjadi bab baru bagi Hamilton, dan caranya membawa diri, baik di lintasan maupun dalam kepribadian, akan menjadi kunci keberhasilannya ke depan.
Di tengah berbagai tantangan, baik dalam balapan maupun penggambaran diri, keputusan dan pilihan yang diambil Hamilton dipastikan akan terus menarik perhatian.
Setiap langkah yang dia ambil akan diperhatikan seksama, dan pilihan busananya pun tidak akan luput dari sorotan. Menandakan harapan dan tantangan baru bagi seorang juara di dunia Formula 1. Hamilton memasuki era baru ini dengan semangat dan rasa ingin tahu, berharap untuk menciptakan lompatan baru dalam karirnya.
Demikian berita seputar dunia sport terbaru mengenai, kontroversi baju Hamilton di F1 Abu Dhabi. Ikuti terus berita terupdate mengenai Dunia Sport yang dibahas secara detail dan lengkap lainnya ya!